MONOLITH LAW OFFICE+81-3-6262-3248Hari kerja 10:00-18:00 JST [English Only]

MONOLITH LAW MAGAZINE

General Corporate

Judul Artikel: Penerbitan Saham Berharga Lebih Tinggi dalam Hukum Perusahaan Jepang dan Poin-Poin Penting dalam Praktiknya

General Corporate

Judul Artikel: Penerbitan Saham Berharga Lebih Tinggi dalam Hukum Perusahaan Jepang dan Poin-Poin Penting dalam Praktiknya

Konsep “Penerbitan Saham dengan Harga Menguntungkan” dalam Hukum Perusahaan Jepang adalah poin diskusi yang sangat penting dalam penggalangan dana perusahaan dan kebijakan modal. Ini merujuk pada penerbitan saham baru kepada pemegang saham tertentu atau pihak ketiga dengan harga yang jauh lebih rendah dari harga pasar. Tindakan ini dapat memperkuat fondasi keuangan perusahaan, namun juga berpotensi memberikan dampak besar terhadap kepentingan pemegang saham yang sudah ada, sehingga diatur dengan regulasi hukum yang ketat.

Penerbitan saham dengan harga menguntungkan sering digunakan, khususnya oleh perusahaan rintisan dalam penggalangan dana, suksesi bisnis, atau sebagai bagian dari strategi merger dan akuisisi. Namun, kesalahan dalam prosedur atau penetapan harga dapat menimbulkan reaksi negatif dari pemegang saham yang sudah ada dan berisiko berkembang menjadi sengketa hukum. Hukum Perusahaan Jepang menekankan pada prinsip kesetaraan pemegang saham, dan karena penerbitan saham dengan harga menguntungkan dapat menyebabkan pengenceran proporsi kepemilikan saham yang ada dan penurunan nilai per saham, legalitasnya ditanyakan dengan ketat.

Artikel ini akan menjelaskan secara rinci tentang definisi penerbitan saham dengan harga menguntungkan dalam Hukum Perusahaan Jepang, prosedur pengambilan keputusan, kriteria penilaian jumlah uang yang adil, serta kasus pengadilan utama yang terkait. Selain itu, kami juga akan membahas tentang tanggung jawab hukum dan solusi atas penerbitan saham dengan harga menguntungkan yang tidak tepat, agar pembaca dapat memahami konsep hukum yang kompleks ini secara mendalam.

Definisi dan Dasar Hukum Penerbitan Saham dengan Harga Istimewa di Jepang

Dalam Hukum Perusahaan Jepang, penerbitan saham dengan harga istimewa didefinisikan sebagai “kasus di mana jumlah yang dibayarkan untuk berlangganan saham ditetapkan dengan jumlah yang secara khusus menguntungkan bagi penerima langganan” (Pasal 199 Ayat 3 dari Hukum Perusahaan Jepang ). Definisi ini merujuk pada situasi di mana saham baru diterbitkan dengan harga yang jauh lebih rendah dibandingkan harga pasar atau nilai wajar. Istilah “jumlah yang secara khusus menguntungkan” umumnya diinterpretasikan sebagai jumlah yang secara khusus lebih rendah dibandingkan dengan jumlah pembayaran yang adil . Penilaian “jumlah pembayaran yang adil” ini berbeda antara perusahaan publik dan perusahaan tertutup.  

Penerbitan saham dengan harga istimewa memiliki dampak langsung terhadap kepentingan pemegang saham yang sudah ada. Dua dampak utama yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut . Pertama, penerbitan saham baru dengan harga rendah akan meningkatkan jumlah total saham yang diterbitkan, sehingga nilai per saham bagi pemegang saham yang sudah ada akan relatif menurun, yang dikenal sebagai “Efek Penipisan Saham (Dilution Effect)”. Kedua, pemegang saham yang sudah ada kehilangan kesempatan untuk memperoleh saham baru dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar, yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi.  

Dampak-dampak ini berpotensi bertentangan dengan prinsip kesetaraan pemegang saham yang diutamakan oleh Hukum Perusahaan Jepang. Penerbitan saham dengan harga istimewa tidak hanya terbatas pada definisi permukaan tentang penerbitan saham dengan harga rendah, tetapi hakikatnya adalah tindakan yang dapat merugikan kepentingan pemegang saham yang sudah ada dan berpotensi melanggar prinsip kesetaraan pemegang saham yang merupakan inti dari Hukum Perusahaan Jepang. Kontradiksi mendasar ini menciptakan kebutuhan akan regulasi hukum yang ketat dan berbagai cara penyelesaian hukum. Karena adanya dampak terhadap prinsip kesetaraan pemegang saham, Hukum Perusahaan Jepang mengharuskan adanya resolusi khusus terhadap penerbitan saham dengan harga istimewa, dan menyediakan sarana hukum seperti tuntutan penghentian, gugatan pembatalan, dan pengejaran tanggung jawab direksi jika terjadi praktik yang tidak tepat.

Prosedur Pengambilan Keputusan Penerbitan Saham Menguntungkan: Perbedaan Antara Perusahaan Publik dan Perusahaan Tertutup di Jepang

Ketika sebuah perseroan terbatas di Jepang hendak menerbitkan saham baru, perlu menetapkan ‘hal-hal yang berkaitan dengan penawaran’ seperti jumlah saham yang ditawarkan, jumlah uang yang harus dibayar, dan tanggal pembayaran (Japanese Companies Act Pasal 199 Ayat (1) ). Secara prinsip, keputusan mengenai hal-hal penawaran ini diambil melalui resolusi khusus rapat umum pemegang saham (Japanese Companies Act Pasal 199 Ayat (2), Pasal 309 Ayat (2) Butir 5 ). Hal ini dikarenakan penerbitan saham dapat memberikan dampak signifikan kepada pemegang saham yang sudah ada, sehingga diperlukan keputusan yang hati-hati .  

Khususnya, jika jumlah uang yang harus dibayar untuk saham yang ditawarkan ‘sangat menguntungkan bagi pihak yang menerima penawaran’, maka keputusan mengenai hal-hal penawaran harus melalui resolusi khusus rapat umum pemegang saham (Japanese Companies Act Pasal 199 Ayat (2), Pasal 309 Ayat (2) Butir 5 ). Dalam kasus ini, direksi harus menjelaskan alasan mengapa perlu melakukan penawaran dengan jumlah tersebut kepada rapat umum pemegang saham .  

Untuk perusahaan publik (didefinisikan dalam Japanese Companies Act Pasal 2 Ayat (5)), keputusan mengenai hal-hal penawaran yang tidak termasuk penerbitan saham menguntungkan dapat dilakukan melalui resolusi dewan direksi (Japanese Companies Act Pasal 201 Ayat (1), Pasal 199 Ayat (2)). Ini merupakan ketentuan khusus yang memungkinkan perusahaan publik untuk mengumpulkan dana dengan cepat. Namun, jika termasuk penerbitan saham menguntungkan, bahkan perusahaan publik pun memerlukan resolusi khusus rapat umum pemegang saham (Japanese Companies Act Pasal 199 Ayat (2), Pasal 309 Ayat (2) Butir 5).

Di sisi lain, perusahaan tertutup (perusahaan yang semua sahamnya memiliki pembatasan transfer) cenderung lebih melindungi pemeliharaan proporsi kepemilikan saham oleh pemegang saham. Jika penerbitan saham baru dilakukan dengan cara selain alokasi kepada pemegang saham (seperti alokasi kepada pihak ketiga), karena dapat memberikan dampak signifikan terhadap proporsi kepemilikan saham yang sudah ada, resolusi khusus rapat umum pemegang saham menjadi sangat penting . Di perusahaan tertutup, karena tidak ada kewajiban hukum untuk memberitahukan atau mengumumkan hal-hal penawaran, pemegang saham mungkin kehilangan kesempatan untuk menghentikan penerbitan saham baru, dan hal ini dianggap penting dari sudut pandang perlindungan pemegang saham .  

Mendapatkan resolusi khusus rapat umum pemegang saham merupakan syarat hukum, namun terkadang itu saja tidak cukup. Sebagai contoh, dalam keputusan Pengadilan Distrik Kyoto tanggal 28 Maret 2018 (kasus Amita Holdings), meskipun telah memperoleh resolusi khusus rapat umum pemegang saham, penerbitan saham baru dianggap sebagai ‘penerbitan dengan cara yang sangat tidak adil’ dan permintaan untuk menghentikannya diterima. Alasan yang diberikan adalah bahwa pemeliharaan kekuasaan oleh manajemen saat itu merupakan tujuan utama, dan penjelasan mengenai alasan penerbitan saham baru tersebut tidak memadai. Putusan ini menunjukkan bahwa sekadar memperoleh resolusi khusus rapat umum pemegang saham secara formal tidak menjamin keabsahan penerbitan saham menguntungkan. Faktor-faktor substansial seperti ‘tujuan utama’ di balik penerbitan dan ‘kecukupan serta kepatutan penjelasan’ kepada pemegang saham sangat penting dalam menentukan keabsahan penerbitan. Kasus ini menunjukkan bahwa perusahaan harus menyadari pentingnya tata kelola perusahaan yang substansial dan dialog dengan pemegang saham, bukan hanya prosedur formal saja. Tujuan yang tidak tepat atau penjelasan yang tidak memadai dapat meningkatkan risiko sengketa hukum, bahkan jika ada resolusi rapat umum pemegang saham.

Kriteria Penentuan Jumlah Pembayaran yang Adil dan Poin-Poin yang Perlu Diperhatikan dalam Praktik Bisnis di Jepang

Penentuan apakah jumlah pembayaran “secara khusus menguntungkan” atau tidak dilakukan dengan membandingkannya dengan nilai wajar saham tersebut.  

Untuk perusahaan publik di Jepang, harga pasar menjadi acuan karena adanya harga pasar yang eksis. Umumnya, jika harga yang ditawarkan lebih dari 90% dari harga pasar pada hari sebelum keputusan dewan direksi, maka dianggap tidak termasuk dalam penerbitan yang menguntungkan. Dalam kasus perusahaan terdaftar, pedoman yang diterbitkan oleh Japan Securities Dealers Association menjadi standar penting dalam praktik bisnis. Pedoman ini menyatakan bahwa “jumlah pembayaran harus setidaknya 0.9 kali dari harga pada hari sebelum keputusan dewan direksi mengenai penerbitan saham (jika tidak ada transaksi jual beli pada hari tersebut, maka harga terakhir sebelum hari tersebut)”. Selain itu, harga rata-rata selama enam bulan terakhir dikalikan dengan 0.9 juga dipertimbangkan.

Untuk perusahaan swasta di Jepang, karena tidak ada harga pasar, berbagai metode penilaian digunakan untuk menghitung nilai wajar sahamnya. Metode penilaian utama meliputi:  

  • Metode Perbandingan Industri Sejenis: Metode ini mengevaluasi berdasarkan harga saham perusahaan terdaftar yang serupa, dengan membandingkan jumlah dividen, jumlah keuntungan, dan nilai aset bersih. Metode ini sering diterapkan pada perusahaan besar dan menengah.
  • Metode Nilai Aset Bersih: Metode ini mengevaluasi berdasarkan aset bersih perusahaan, yang dihitung dengan mengurangi total aset dengan kewajiban. Metode ini sering diterapkan pada perusahaan kecil atau perusahaan yang memiliki aset tertentu dalam jumlah besar.
  • Metode Pengembalian Dividen: Metode ini mengevaluasi nilai saham berdasarkan dividen yang diterima oleh pemegang saham. Metode ini kadang-kadang digunakan untuk menilai saham yang dimiliki oleh pemegang saham minoritas.

Metode penilaian ini digunakan sesuai dengan skala perusahaan, karakteristik, dan tujuan penilaian, dan tidak ada standar tunggal yang jelas. Oleh karena itu, sangat penting untuk menentukan harga penerbitan berdasarkan metode perhitungan yang setidaknya rasional berdasarkan dokumen objektif.  

Kriteria penentuan jumlah pembayaran yang adil sangat berbeda antara perusahaan publik dan swasta di Jepang. Khususnya untuk perusahaan swasta, putusan Mahkamah Agung Jepang pada tanggal 19 Februari 2015 oleh Divisi Kecil Pertama memberikan pandangan yang inovatif. Putusan ini menunjukkan bahwa ada berbagai metode dalam menentukan harga saham perusahaan yang tidak terdaftar, tidak ada standar yang jelas, dan termasuk elemen penilaian yang memiliki rentang yang cukup luas, seperti proyeksi pendapatan masa depan. Selanjutnya, meskipun dewan direksi telah menentukan harga penerbitan berdasarkan metode perhitungan yang setidaknya rasional berdasarkan dokumen objektif pada saat penerbitan saham baru, pengadilan tidak seharusnya menilai “jumlah yang secara khusus menguntungkan” dengan menggunakan metode penilaian lain atau nilai prediksi yang berbeda secara retrospektif, karena hal itu dapat merugikan kemampuan prediksi direksi dan tidak dianggap tepat.

Putusan ini berarti bahwa bukan hanya “nilai evaluasi yang tepat” yang dipertentangkan secara retrospektif, tetapi juga “proses” dan “rasionalitas dokumen dasar” yang digunakan direksi dalam menentukan harga menjadi titik fokus hukum. Keputusan ini menekankan pentingnya direksi untuk lebih hati-hati dalam proses penentuan harga dan untuk mencatat dasar mereka dengan jelas. Ini secara langsung mempengaruhi cara due diligence dilakukan oleh perusahaan swasta saat melakukan penerbitan yang menguntungkan, dan perusahaan perlu menyiapkan laporan evaluasi rinci dan catatan diskusi dewan direksi untuk menunjukkan bahwa harga yang ditetapkan adalah “setidaknya rasional”. Ini adalah langkah penting untuk mengurangi risiko sengketa hukum di masa depan.

Analisis Kasus Pengadilan Utama Terkait Penerbitan Saham Menguntungkan di Jepang

Yurisprudensi Mahkamah Agung Jepang Tentang Penerbitan Saham dengan Harga Istimewa oleh Perusahaan Non-Publik: Putusan Panel Kecil Pertama Mahkamah Agung Jepang, 19 Februari 2015 (Heisei 27)

Putusan ini menyangkut kasus di mana terdapat perselisihan mengenai apakah harga penawaran saham baru oleh perusahaan non-publik di Jepang merupakan ‘jumlah yang terutama menguntungkan’. Di pengadilan tingkat bawah, pengadilan menilai bahwa terdapat perbedaan signifikan antara nilai wajar yang dihitung oleh pengadilan dan harga penerbitan, sehingga dianggap sebagai penerbitan dengan harga istimewa.

Namun, Mahkamah Agung Jepang menunjukkan bahwa terdapat berbagai metode dalam menentukan harga saham perusahaan non-publik dan tidak ada standar yang jelas, serta memasukkan elemen penilaian yang luas seperti proyeksi pendapatan masa depan. Berdasarkan hal tersebut, Mahkamah Agung memutuskan bahwa meskipun dewan direksi telah menetapkan harga penerbitan berdasarkan ‘metode perhitungan yang setidaknya rasional berdasarkan data objektif’ pada saat penerbitan saham baru, pengadilan tidak seharusnya menggunakan metode penilaian lain atau nilai prediksi yang berbeda secara retrospektif untuk menentukan apakah harga tersebut ‘terutama menguntungkan’, karena hal ini dapat merugikan kemampuan prediksi direksi dan tidak dianggap tepat.

Putusan ini menekankan pentingnya proses penentuan nilai wajar oleh direksi dan dokumen objektif yang menjadi dasarnya ketika perusahaan non-publik di Jepang melakukan penerbitan saham baru. Ini meningkatkan kebutuhan bagi direksi untuk mempersiapkan diri agar dapat menjelaskan rasionalitas penetapan harga secara retrospektif.

Kasus Penerbitan Saham dengan Cara yang Sangat Tidak Adil: Keputusan Pengadilan Distrik Kyoto pada 28 Maret 2018 (Kasus Amita Holdings) di Bawah Hukum Jepang

Dalam kasus ini, terjadi konflik antara pemegang saham yang telah memperoleh lebih dari 25% saham perusahaan dengan pihak perusahaan itu sendiri. Di tengah konflik tersebut, perusahaan mencoba menerbitkan saham baru melalui penawaran kepada pihak ketiga dengan alasan untuk penggalangan dana, sementara pemegang saham berusaha untuk menghentikan tindakan tersebut.

Pengadilan memutuskan bahwa tujuan utama dari penerbitan saham baru ini adalah untuk mempertahankan kekuasaan manajemen yang ada. Meskipun perusahaan telah mendapatkan persetujuan khusus dari rapat umum pemegang saham, pengadilan menilai bahwa penjelasan mengenai alasan penerbitan saham dan lain-lain tidak memadai. Oleh karena itu, pengadilan menganggap penerbitan saham tersebut sebagai “cara yang sangat tidak adil” dan mengabulkan permintaan pemegang saham untuk menghentikan penerbitan saham tersebut.

Keputusan ini menegaskan bahwa meskipun telah mendapatkan persetujuan formal dari rapat umum pemegang saham, penerbitan saham dapat dianggap ilegal jika tujuan sebenarnya adalah untuk mempertahankan kekuasaan yang tidak sah atau jika penjelasan kepada pemegang saham tidak memadai. Ini menekankan pentingnya bagi direksi untuk menjelaskan dengan jelas tujuan dari penerbitan saham baru dan untuk memenuhi kewajiban memberikan informasi yang cukup serta penjelasan kepada pemegang saham.

Putusan Pengadilan Terkait Pajak Penerbitan Saham Menguntungkan: Keputusan Mahkamah Agung Jepang 24 Februari 2017 (Kasus Shin-Kobe Trading) dan Putusan Pengadilan Tinggi Tokyo 15 Desember 2010

Kasus Shin-Kobe Trading berkaitan dengan saham yang diperoleh oleh Shin-Kobe Trading melalui peningkatan modal di anak perusahaan Thailand, yang dianggap sebagai saham penerbitan menguntungkan menurut hukum pajak perusahaan Jepang dan dikenai pajak penerimaan keuntungan.

Mahkamah Agung Jepang menolak permohonan banding Shin-Kobe Trading, sehingga kekalahan perusahaan tersebut menjadi final. Keputusan ini mempertahankan pandangan bahwa selisih antara nilai pasar saham dan jumlah yang dibayarkan merupakan ‘jumlah keuntungan’ menurut Pasal 22 Ayat 2 dari Undang-Undang Pajak Perusahaan Jepang, dan dikenai pajak sebagai penerimaan keuntungan. Putusan ini menunjukkan kemungkinan pajak penerbitan saham menguntungkan yang dapat terjadi ketika perusahaan induk melakukan peningkatan modal pada nilai nominal di anak perusahaan asing yang diatur oleh peraturan modal asing.

Putusan Pengadilan Tinggi Tokyo tanggal 15 Desember 2010 juga menyangkut hubungan pajak penerima saham baru, khususnya apakah selisih antara nilai pasar saham dan harga pembayaran merupakan ‘jumlah keuntungan’ menurut hukum pajak perusahaan Jepang.

Putusan-putusan ini menunjukkan bahwa penerbitan saham menguntungkan tidak hanya menjadi masalah di bawah hukum perusahaan Jepang tetapi juga memiliki dampak penting dalam hukum pajak (Undang-Undang Pajak Perusahaan) Jepang. Meskipun prosedur di bawah hukum perusahaan mungkin telah dilakukan dengan benar, otoritas pajak dapat menganggap selisih antara nilai pasar saham dan jumlah yang dibayarkan sebagai ‘penerimaan keuntungan’ dan mengenakan pajak atasnya. Ini sangat penting terutama dalam situasi peningkatan modal pada anak perusahaan asing yang diatur oleh peraturan modal asing. Hal ini menunjukkan bahwa kriteria penilaian ‘penerbitan saham menguntungkan’ di bawah hukum perusahaan dan kriteria penilaian di bawah hukum pajak (khususnya metode penilaian nilai pasar) mungkin tidak selalu sejalan. Oleh karena itu, dalam transaksi internasional, tidak hanya keabsahan prosedur di bawah hukum perusahaan yang harus dipertimbangkan, tetapi juga risiko pajak harus diperiksa dengan seksama. Meskipun penerbitan saham menguntungkan di bawah hukum perusahaan mungkin sah, mengabaikan risiko pajak dapat mengakibatkan beban pajak yang tidak terduga dan besar. Ini menunjukkan pentingnya perusahaan untuk mencari nasihat komprehensif yang terkoordinasi antara ahli hukum dan pajak saat merumuskan strategi pendanaan.

Tanggung Jawab Hukum dan Sarana Penyelamatan atas Penerbitan Saham Baru yang Tidak Tepat di Bawah Hukum Jepang

Ketika penerbitan saham baru yang tidak tepat terjadi, Hukum Perusahaan Jepang menetapkan berbagai tanggung jawab hukum dan sarana penyelamatan. Ini dirancang untuk menyeimbangkan perlindungan pemegang saham dan stabilitas organisasi perusahaan.

Tanggung Jawab Ganti Rugi Direksi terhadap Perusahaan

Jika direksi lalai dalam menjalankan tugasnya dan menyebabkan kerugian pada perusahaan, mereka bertanggung jawab untuk memberikan ganti rugi kepada perusahaan (Pasal 423 Ayat (1) Hukum Perusahaan Jepang). Dalam kasus penerbitan saham baru yang tidak tepat, misalnya penerbitan saham baru dengan harga yang menguntungkan tanpa resolusi khusus dari rapat umum pemegang saham, direksi mungkin harus bertanggung jawab atas perbedaan antara jumlah yang seharusnya dibayarkan dan harga penawaran saham. Pemegang saham yang menerima saham dengan jumlah yang sangat tidak adil juga mungkin harus membayar kewajiban atas perbedaan antara jumlah yang adil dan yang telah dibayarkan.

Permintaan Penghentian Penerbitan Saham Baru

Jika penerbitan saham baru belum berlaku, pemegang saham dapat meminta perusahaan untuk menghentikan penerbitan tersebut jika dilakukan dengan cara yang melanggar hukum atau peraturan perusahaan, atau jika dilakukan dengan cara yang sangat tidak adil (Pasal 210 Hukum Perusahaan Jepang). Permintaan ini berfungsi sebagai sarana penyelamatan preventif untuk memperbaiki ilegalitas atau ketidakadilan sebelum penerbitan saham baru dilaksanakan. Terutama di perusahaan tertutup, di mana tidak ada kewajiban pemberitahuan atau pengumuman kepada pemegang saham, kesempatan untuk permintaan penghentian ini menjadi penting dari sudut pandang perlindungan pemegang saham.

Gugatan Pembatalan Penerbitan Saham Baru

Setelah penerbitan saham baru berlaku, untuk menyatakan pembatalannya, perlu diajukan ‘Gugatan Pembatalan Penerbitan Saham Baru’ (Pasal 828 Ayat (1) Butir 2 Hukum Perusahaan Jepang). Gugatan ini memiliki periode pengajuan yang ketat. Untuk perusahaan publik, dalam waktu enam bulan sejak tanggal efektif penerbitan saham, dan untuk perusahaan tertutup, dalam waktu satu tahun sejak tanggal tersebut (Pasal 828 Ayat (1) Butir 2 Hukum Perusahaan Jepang). Batasan waktu ini ditetapkan untuk melindungi stabilitas hubungan hukum yang terbentuk setelah penerbitan saham baru.

Gugatan pembatalan penerbitan saham baru hanya dapat diterima jika ada ‘cacat serius’ dalam prosedur penerbitan. Misalnya, penerbitan saham melebihi jumlah maksimum yang diizinkan, penerbitan jenis saham yang tidak ditentukan dalam anggaran dasar, dan terutama di perusahaan tertutup, kekurangan resolusi khusus rapat umum pemegang saham. Untuk perusahaan publik, kekurangan dalam keputusan dewan direksi tidak menjadi alasan pembatalan jika dilakukan oleh direktur perwakilan, menurut beberapa putusan pengadilan (Putusan Mahkamah Agung tanggal 31 Maret 1961, Putusan Pengadilan Distrik Tokyo tanggal 29 Oktober 2008). Namun, dalam putusan Pengadilan Tinggi Tokyo tanggal 15 Juli 2020, dinyatakan bahwa kasus di bawah Hukum Dagang lama berbeda dengan kasus yang diterapkan Hukum Perusahaan saat ini, dan dari sudut pandang perlindungan kepentingan pemegang saham yang ada di perusahaan tertutup, kekurangan resolusi rapat umum pemegang saham menjadi alasan pembatalan. Efek dari putusan pembatalan berlaku terhadap pihak ketiga tetapi hanya berlaku untuk masa depan dan tidak memiliki efek retroaktif (Pasal 838, Pasal 839 Hukum Perusahaan Jepang).

Sarana penyelamatan ini tidak hanya berdiri sendiri tetapi membentuk sistem hierarkis dengan tujuan dan fungsi yang berbeda. Permintaan penghentian bersifat preventif, gugatan pembatalan penerbitan saham baru adalah sarana terakhir untuk memperbaiki pelanggaran serius sambil mempertahankan stabilitas hukum setelahnya, dan tanggung jawab direksi bertujuan untuk memberi sanksi kepada pelaku pelanggaran dan kompensasi kepada perusahaan. Hierarki ini menunjukkan bagaimana Hukum Perusahaan Jepang berusaha menyeimbangkan stabilitas aktivitas perusahaan dan perlindungan pemegang saham. Sistem ini menekankan pentingnya bagi perusahaan untuk menilai risiko hukum secara menyeluruh sejak tahap perencanaan penerbitan saham baru dan mengikuti prosedur yang tepat. Bagi pemegang saham, ini menunjukkan bahwa pemilihan waktu dan metode penegakan hak dapat sangat mempengaruhi hasilnya.

Kesimpulan: Keahlian dan Struktur Dukungan Monolith Law Office

Di Jepang, penerbitan saham dengan keuntungan (yuuri hakko) menurut Undang-Undang Perusahaan Jepang merupakan sarana penting untuk pembiayaan perusahaan, namun di sisi lain, melibatkan tantangan hukum yang sangat kompleks mulai dari definisi, prosedur pengambilan keputusan, penilaian harga yang adil, hingga tanggung jawab hukum yang terkait. Khususnya, dari perspektif perlindungan kepentingan pemegang saham yang ada dan prinsip kesetaraan pemegang saham, legalitasnya selalu ditinjau dengan ketat. Prosedur yang tidak tepat atau tujuan yang tidak sesuai dapat mengakibatkan konsekuensi serius seperti sengketa hukum, tanggung jawab ganti rugi, bahkan pembatalan penerbitan saham baru.

Monolith Law Office memiliki rekam jejak yang luas dan pengetahuan mendalam dalam menangani kasus terkait penerbitan saham dan penerbitan saham dengan keuntungan di bawah Undang-Undang Perusahaan Jepang, melayani banyak klien di dalam negeri. Dari perusahaan publik hingga perusahaan swasta, kami menyediakan nasihat praktis untuk mendukung strategi bisnis klien dengan meminimalkan risiko hukum dalam berbagai situasi seperti pembiayaan, merger dan akuisisi (M&A), serta suksesi bisnis.

Kantor kami memiliki beberapa pengacara yang fasih berbahasa Inggris dengan kualifikasi hukum dari luar negeri, memungkinkan kami untuk memberikan dukungan yang detail dalam bahasa Jepang dan Inggris. Kami berkomitmen untuk memberikan penjelasan yang tepat dan mudah dipahami mengenai hukum perusahaan dan praktik bisnis yang kompleks di Jepang, sehingga klien asing kami dapat merasa aman dan maju dengan strategi hukum mereka dengan percaya diri.

Managing Attorney: Toki Kawase

The Editor in Chief: Managing Attorney: Toki Kawase

An expert in IT-related legal affairs in Japan who established MONOLITH LAW OFFICE and serves as its managing attorney. Formerly an IT engineer, he has been involved in the management of IT companies. Served as legal counsel to more than 100 companies, ranging from top-tier organizations to seed-stage Startups.

Kembali ke atas